LONDON (Berita SuaraMedia) - Sejak dulu, rokok diketahui menyebabkan
penyakit serangan jantung dan kerusakan paru-paru. Hasil riset terbaru
menyebutkan, kebiasaan merokok secara terus menerus akan membuat Anda
bodoh.
Sudah banyak orang yang tahu bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Sudah banyak juga orang yang tahu, menghisap asap rokok meskipun tidak merokok, alias perokok pasif, lebih berbahaya. Dan kini ditemukan bahwa sisa-sisa nikotin yang melekat di permukaan benda-benda juga berbahaya pada kesehatan.
Sudah banyak orang yang tahu bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Sudah banyak juga orang yang tahu, menghisap asap rokok meskipun tidak merokok, alias perokok pasif, lebih berbahaya. Dan kini ditemukan bahwa sisa-sisa nikotin yang melekat di permukaan benda-benda juga berbahaya pada kesehatan.
Dalam studi yang dilakukan terhadap 20.000 remaja perokok, ditemukan bahwa mereka yang rutin merokok setiap hari mengalami penurunan tingkat kecerdasan dibandingkan mereka yang tidak merokok. Studi tersebut juga menyimpulkan, semakin sering seseorang merokok, semakin rendah IQ atau tingkat kecerdasan mereka.
Daily Mail, memberitakan, mereka yang menghisap satu bungkus rokok atau lebih setiap hari, memiliki IQ tujuh setengah poin lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak merokok. Perokok berusia 18 hingga 21 tahun memiliki IQ rata-rata 94. Sedangkan mereka yang tidak merokok rata-rata ber-IQ 101.Studi ini juga menyebutkan, mereka yang menghisap lebih dari satu bungkus rokok per hari memiliki rata-rata IQ 90.
Dr Mark Weiser yang memimpin studi ini menyebutkan, dia dan timnya
belum menemukan alasan yang jelas bahwa rokok menyebabkan penurunan
tingkat kecerdasan. "Memang masih diperlukan studi lebih lanjut untuk
benar-benar membuktikan keabsahannya," kata Weiser.
"Namun disini sangat jelas bahwa orang-orang ber-IQ rendah rata-rata memilih untuk merokok. Ini bukan saja terkait dengan status sosial ekonomi, tetapi bisa juga karena tingkat pendidikan mereka mempengaruhi keputusan mereka untuk merokok," terangnya.
Dia juga menduga, hasil kesimpulan ini mengonfirmasikan penelitian sebelumnya, bahwa mereka yang memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah cenderung membuat keputusan yang tidak 'pintar' terkait dengan kesehatan mereka.
"Namun disini sangat jelas bahwa orang-orang ber-IQ rendah rata-rata memilih untuk merokok. Ini bukan saja terkait dengan status sosial ekonomi, tetapi bisa juga karena tingkat pendidikan mereka mempengaruhi keputusan mereka untuk merokok," terangnya.
Dia juga menduga, hasil kesimpulan ini mengonfirmasikan penelitian sebelumnya, bahwa mereka yang memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah cenderung membuat keputusan yang tidak 'pintar' terkait dengan kesehatan mereka.
Sementara itu, Sebuah penelitian yang dilakukan Lawrence Berkeley
National Laboratory, lalu dipublikasi di Proceedings of the National
Academy of Sciences (PNAS) juga menyebutkan bahwa saat sebatang rokok
dibakar di dalam sebuah ruangan, nikotin yang keluar dalam bentuk asap
akan melekat pada permukaan benda-benda di dalam ruangan tersebut.
Sialnya, sisa-sisa nikotin itu bisa betahan sampai berbulan-bulan,
sehingga tanpa disadari orang lain, termasuk anak kecil, dalam ruangan
itu yang sebenarnya tidak merokok bisa terpapar nikotin juga.
Orang-orang ini kemudian disebut para peneliti itu sebagaithird hand
smoker.
"Penelitian kami menunjukkan, saat sisa nikotin bereaksi dengan
senyawa asam nitrogen (nitrous acid) di udara, terbentuklah nitrosamin
(senyawa kimia yang merugikan) dari tembakau atau disebut TSNAs, yang
bersifat karsinogen (menimbulkan kanker)," kata Hugo Destaillats, yang
membantu penulisan laporan penelitian itu.
Selama ini, imbuh Destaillats, TSNAs dikenal sebagai karsinogen yang
terdapat pada rokok yang belum dibakar maupun pada asap rokok.
Nah, kaitannya dengan third hand smoker ini, TSNAs pada kursi, meja,
atau karpet dapat terhirup atau masuk ke tubuh karena melekat pada
debu, sehingga sangat berbahaya bagi anak-anak.
"Merokok di luar ruangan lebih baik daripada merokok di dalam
ruangan. Tapi sisa nikotin akan melekat pada pakaian dan kulit si
perokok, dan kemudian menyebar ke dalam ruangan saat si perokok masuk
ruangan," kata Lara Gundel, juga penulis hasil penelitian tersebut.
Kemungkinan pembentukan TSNAs semakin besar jika merokok dilakukan di
dalam kendaraan, karena gas buang kendaaan mengandung asam nitogen.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya TSNAs?
Mungkin mencegah sebuah ruangan tidak mengandung asam nitrogen adalah
tindakan yang sulit dilakukan. Karena itu lakukan saja tindakan yang
mudah dan murah, yakni berhenti merokok. (ar/ok/wk) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks 4 reading my posting. . .